Oleh : Alit Suwirya
Perkembangan media cetak yang perlahan tergerus dan bertransformasi menjadi media online berbasis website dan aplikasi, tentu saja membuat kemudahan kepada masyarakat dalam mengkases informasi. Kebiasaan terdahulu masyarakat yang perlu menunggu pagi hari untuk mengkases berita melalui koran, sekarang berubah dengan informasi real time melalui beragam media online. Harga yang diperlukan untuk mendapat informasi tersebut juga relatif lebih murah karena banyak media online berita (baik yang berijin maupun tidak berijin) menyajikan beritanya secara gratis. Namun dibalik segala kemudahan itu ada beberapa potensi ekonomi yang hilang dalam proses transformasi ini.
Media cetak memiliki proses produk yang dimulai dari pembuat berita (wartawan) ke Redaksi, Percetakan, dan Sirkulasi. Dalam proses tersebut terdapat beberapa pelaku ekonomi yang terlibat seperti dalam daftar berikut:
- Penyedia konten (jurnalis dan semua staff redaksi)
- Percetakan (kertas, tinta, chemical, plat, operator cetak dll)
- Pemasang iklan (Biro Iklan baik yang skala kecil maupun besar)
- Sirkulasi (loper koran, toko buku, dan pedagang asongan)
Secara pribadi saya mengenal beberapa pihak yang menikmati berjalannya ekonomi pada 4 daftar diatas. Sebagai contoh saya mengenal seorang agen koran berinisial P di daerah selatan Bali dengan beberapa anak buah dan ratusan pelanggan. Dia secara konsisten setiap pagi selama puluhan tahun mengantarkan koran dari perusahaan koran terbesar di Bali ke pelanggan. Hasilnya tentu saja tidak mengecewakan, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga taraf perguruan tinggi dan memiliki beberapa rumah kost untuk menghidupinya di masa pensiun. Namun apa yang terjadi saat proses media berubah dari cetak menjadi online?
Bisnis Media Online memiliki proses penyampaian berita dari Redaksi, Server Website, dan Pembaca. Pelaku ekonomi yang terlibat dalam skema ini antara lain:
- Penyedia Konten
- Supplier IT (domain, hosting, staff IT, ISP dll)
- Pemasang Iklan (Biro iklan online)
- Sirkulasi (dalam kasus ini sosial media menjadi sirkulasi website)
Seperti kita lihat pada daftar diatas proses pergeseran cetak ke online menyebabkan banyaknya perubahan pelaku ekonomi. Tulisan ini saya fokuskan membahas tentang pemasang iklan yang menjadi sumber pendapatan utama sebuah media. Transformasi media cetak menjadi online membuat biro iklan harus menyesuaikan diri dengan kondisi pasar online. Mereka harus merubah variabel dari jumlah eksemplar, jumlah pelanggan, jalur distribusi dan posisi halaman iklan menjadi jumlah hits, demografi pembaca, waktu pembaca membuka website dan variabel baru lainnya.
Namun saya melihat biro iklan lokal tidak dapat banyak bergerak pada media online ini. Hal ini disebabkan sebuah perusahaan bernama Google yang sangat dominan melalui produk Google Adsense. Melalui skema bisnis yang bekerja sama dengan pemilik website dan kemampuan menganalisis demografi pembaca dengan akurat pada setiap website yang bekerja sama dengan google adsense, tentu saja pemasang iklan akan sangat dimanjakan oleh fasilitas ini. Pemasang iklan akan menentukan sejumlah rupiah budget iklan untuk dipasangkan ke website dengan demografi pembaca yang diinginkan. Kemudian Google akan memilih website yang bekerja sama dengan google dan cocok dengan demografi tersebut untuk dipasangkan iklan. Tentu saja sebagai “perantara” google akan mengambil sejumlah fee pada budget tersebut.
Begitu juga yang terjadi dengan sosial media sebagai sirkulasi. Perusahaan media online tidak menggunakan tenaga loper koran untuk mengirimkan beritanya, melainkan melalui akun sosial media perusahaan akan mempublikasikan isi website mereka untuk mengundang pembaca mengunjungi website tersebut. Tentu saja ini menguntungkan perusahaan sosial media yang akan mendapatkan traffic dan juga budget iklan dari perusahaan media yang ingin mempromosikan website ataupun akun mereka.
Pada 2 paragraf diatas kita bisa lihat betapa besarnya potensi ekonomi yang hilang ke luar negeri melalui skema bisnis media online. Ratusan miliar budget iklan perusahaan Indonesia yang selama ini menggunakan jasa biro iklan lokal akan berpindah menggunakan jasa Google Adsense. Begitu juga dengan pendapatan loper koran akan digantikan dengan adanya sosial media. Saya sendiri sebagai salah satu pihak yang bekerja sama dengan Google Adsense merasa sedikit terusik karena melihat iklan yang dipasang pada website kami berasal dari sebuah Café yang pemiliknya saya kenal secara pribadi . Ada juga perusahaan sepatu yang saya kenal terlihat iklannya di website yang sedang anda baca sekarang. Sangat ironis karena budget iklan mereka untuk dipasang pada website yang kantornya hanya berjarak beberapa kilometer harus melalui Google sebagai perantara. Hal ini saya sebut sebagai Ekonomi yang Hilang berpindah ke luar negeri dengan nilai yang tidak sedikit.
Untuk menyikapi derasnya arus uang yang pergi ke luar negeri diperlukan sebuah perusahaan lokal yang memiliki dedikasi sebagai Adsense Indonesia. Saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang mengklaim sebagai Adsense Indonesia, namun beberapa yang kami coba belum ada yang sangat berkomitmen untuk menjadi agen iklan yang baik.
Sebuah perusahaan untuk menjadi perusahaan Adsense besar diperlukan data profil pembaca yang cukup detail yang mana hal ini bisa didapatkan melalui akun email pembaca. Seperti contoh apabila anda log in akun Gmail dan membuka website bisnisbandung.com, maka pada website kami akan terbaca demografi anda sebagai pembaca yang meliputi umur, device, lokasi, ISP, dll. Google kemudian akan membaca demografi anda dan memasang iklan yang cocok dengan anda.
Untuk itu saya mengusulkan agar pemerintah melalui sebuah BUMN membuat perusahaan yang menyediakan jasa email gratis bagi perusahaan pembayar pajak. Sebagai contoh untuk membuat email dengan domain sendiri seperti [email protected] melalui Gmail akan dikenakan sejumlah biaya. Apabila ada BUMN yang mampu menyediakan fasilitas email dengan aplikasi yang baik dan gratis kepada perusahaan pembayar pajak, saya yakin dengan cepat BUMN ini akan mendapatkan basis data pengguna email yang dapat digunakan sebagai modal membuat Adsense Indonesia.
BUMN tersebut akan segera dapat melaunching produk Adsense yang menjadi perantara pemasang iklan dengan website yang dituju. Dengan ini saya yakin Ekonomi yang Hilang ke luar negeri dapat segera kita ambil kembali. (Alit Suwirya-Direktur Bandung TV ) ***