DUH...bencana akibat alih fungsi lahan kerap terjadi. Apa mau dikata, tuntutan alih fungsi menjadi keniscayaan karena berkembangnya kehidupan manusia. Namun, bukan berarti semaunya atau akal-akalan hanya karena dorongan kebutuhan dengan mengabaikan ekosistem. Itulah fenomena saat ini yang semestinya menjadi perhatian serius bagi para pengambil keputusan.
Pekan lalu kita dikagetkan dengan peristiwa bencana banjir bandang akibat jebolnya tanggul aliran Sungai Cijambe di kompleks perumahan Jati Endah Regency Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Boleh jadi itu disebabkan adanya pergeseran sedimentasi tanah dan fungsi daya serap air terganggu akibat alih fungsi lahan.
Dampaknya, ketika intensitas curah hujan tinggi, badan sungai tidak mampu menampung debit air, sehingga tanggul penahan air jebol yang kemudian mengakibatkan terjadinya bencana banjir. Mirip dengan kejadian Cicaheum, walau saat itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir bandang di Jati Endah Regency menyebabkan tiga korban jiwa. Diimbau ke depannya pemerintah agar bisa memprediksi dan mendata titik-titik rawan banjir bandang dan tanggul jebol, sehingga bisa mengurangi risiko bencana yang ditumbulkannya.
Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, 80,1% dari 558 kecamatan di Jawa Barat tergolong rawan bencana tanah longsor. Longsor diprediksi bisa menelan banyak korban jika pemerintah daerah gagal mengelola lereng yang makin sesak pemukiman.
Aktivitas manusia berpengaruh besar pada longsor di kawasan lereng, lembah sungai, dan dataran tinggi lainnya. Aktivitas manusia itulah yang membedakan dampak bencana longsor di Jawa Barat dan daerah lain yang memiliki tanah gembur atau lapuk serta mudah menyerap air. Masyarakat mau tidak mau terus tumbuh di wilayah ini. Lereng tidak stabil karena untuk perumahan.
Di luar faktor manusia, secara geologi, Jawa Barat berada di atas tanah yang mudah menyerap air dan gembur. Faktor itu berkaitan pula dengan kondisi geografis Jabar. Ini daerah pegunungan, daerah gunung api, kalau melapuk sangat mudah pecah. Seumpamanya hujan, tanah akan menyerap air sehingga licin dan gembur.
Belum terlambat guna mencegahnya dengan cara menanam pohon, dengan biopori, sumber resapan, menghijaukan kawasan-kawasan gundul termasuk daerah aliran sungai (DAS).
Demikian pandangan saya, atas dimuatnya di rubrik aspirasi dihaturkan terima kasih kepada redaksi.
Didin, Cicaheum Bandung