nasional

Program Impor Dosen Pekerjaan Spektakuler Pengelolaan Pendidikan Tinggi

Jumat, 4 Mei 2018 | 06:45 WIB
Kemenristekdikti-Beri-Lampu-Hijau-Impor-Dosen-Asing-ke-Indonesia

BISNIS BANDUNG - Ketua Perhimpunan Guru Besar Indonesia (Pergubi) Jawa Barat, Prof  Rully Indrawan menyebutkan, dalam kontek impor dosen atau apapun namanya, harus dipahami dari perspektif yang sama terkait rencana pemerintah pada tahun ini akan mendatangkan 1000 dosen dari Jerman dan Finlandia.

Ada pihak yang kebelet ingin sekali melakukan pekerjaan “spektakuler” ini karena kemungkinan kehabisan ide untuk melakukan langkah lain yang lebih substanstif dalam pengelolaan pendidikan tinggi kita.

“Bahkan ada yang berkeinginan membuka perguruan tinggi asing di dalam negeri. Di sisi lain presiden meminta agar ide tersebut dikomunikasikan lagi secara intensif dengan steakholder pendidikan dalam negeri. Ini menunjukan bahwa persoalan penanganan tata kelola perguruan tinggi masih belum menjadi komitmen bersama,” ungkap Rully.

Menurutnya,  memang terdapat plus minus dengan digulirkannya program impor dosen. Plusnya kemungkinan ada komunikasi keilmuan yang lebih dinamis .

Namun kemajuan teknologi infromasi yang berkembang belakangan ini apakah tidak diperhatikan? Kehadiraan secara fisik yang sekaligus berpotensi menggugat eksistensi akademisi (baca dosen) di dalam negeri pada persepsi publiknya sendiri berbahaya untuk kemandirian bangsa ini.

Minusnya, siapa yang menjamin dosen dari luar memahami substansi dari tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Sebagaimana kita ketahui, lanjut Rully , tujuan pembangunan pendidikan kita adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan seterusnya

. "Bagaimana proses membangun manusia Indonesia seutuhnya jika diserahkan kepada pihak yang tidak memiliki karakter, latar belakang budaya, dan ruh keindonesiaan yang jelas.

Pendidikan tinggi bukan persoalan teknis semata, membangun manusia Indonesia bukan pada persoalan publikasi pada jurnal bereputasi internasional saja. Bukan itu. Sangat absurd dan menyederhanakan persoalan," tegas Guru Besar Unpas ini kepada BB

Diungkapkannya,  secara kualitas dan kuantitas tidak ada data yang membenarkan dosen/akademisi Indonesia kurang mumpuni kompetensinya, selain persoalan publikasi ilmiah ,rasio yang menjadi dasar kebutuhan dosen, masih sangat mungkin bisa ditutupi oleh anak muda Indonesia yang semakin  cerdas ini.

Menjawab pertanyaan apa yang menyebabkan Indonesia masih kekurangan tenaga dosen/akademisi lokal, salah satunya adalah bagaimana generasi muda Indonesia yang cerdas  mau menjadi dosen di dalam negeri.

Persoalannya pada penghargaan (insentif), peluang akibat iklim tata kelola perguruan tinggi, sumber serta fasilitas pengembangan ilmu yang terbatas.

“Bagi saya, menyelesaikan tiga persoalan itu jauh lebih penting daripada mendatangkan dosen dari luar. Yang kita tidak tahu bagaimana pula sistem rekrutasinya. Memang ada beberapa bidang keilmuan yang masih kurang diminati oleh anak muda Indonesia untuk menggeluti, terutama ilmu dasar, tapi persoalannya berhulu pada tiga hal di atas", tambah Rully, Senin  kemarin di Bandung.

Penggunaan Tenaga Dosen Asing       

 Sementara menurut  Ketua Harian Pergubi Jawa Barat, Prof. Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si., M.H, jika dimaknai impor dosen sebagai tenaga kerja asing yang tetap di perguruan tinggi di Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini