nasional

Kelas Menengah Mesin Pertumbuhan Ekonomi

Minggu, 10 Desember 2017 | 08:45 WIB
opini anda

DIREKTUR Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo A.Chaves,  menyebutkan, di Indonesia terdapat 115 juta penduduk yang tidak termasuk miskin dan rentan miskin. Kelompok itu belum masuk ke dalam kelas menengah. ”Bank Dunia mendorong pemerintrah Indonesia membuat kebijakan mengangkat  lebih banyak penduduk, terutama 115 juta penduduk itu masuk ke kelas menengah,” katanya  pada seminar potensi perekonomian Asia Timur abad ke-21.

Dalam seminar itu dilaporkan Bank Dunia membagi penduduk Indonesia ke dalam beberapa kelompok. Antara lain, kelompok terbawah yakni penduduk miskin yang pendapatannya sekira Rop 350.000 perorang perbulan. Jumlahnya ada 11 persen dari populasi (tahun 2016).  Di atasnya ada kelompok rentan atau masyarakat yang berada di atas garis kemiskinan. Kelas itu rentan jatuh miskin, jumlahnya 24 persen dari populasi Kemudian kelas menengah, jumlahnya 20 persen dari populasi.

Kelas menengah itulah yang menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.  Mereka menyumbang 50 persen pajak, baik langsung maupun tidak langsung. Sekira 43 persen masyarakat  kelas menengah pemilik perusahaan dan mempekerjan karyawan. Mereka juga menyumbang hampir separuh konsumsi rumah tangga nasional dan berinvestasi terutama pada pembangunan anak-anak sebagai generasi masa depan bangsa.

Saat ini terdapat 52 juta jiwa atau sekira 20 persen dari populasi yang termasuk  kelas menengah. ”Jumlah ini besar tetapi pertumbuhannya tidak secepat yang dibutuhkan Indonesia untuk tumbuh optimal sesuai potensinya,” kata Rodrigo seperti dimuat KOMPAS (5/12). Kelas ini menjadi kunci membuka potensi ekonomi Indonesia secara maksimal. Merekalah pencipta lapangan kerja, investor, penemu, reformis, dan dapat mendorong negara ke masa depan yang lebih cerah.

Di antara penduduk miskin dan kelas menengah itu terdapat sekira 45 persen penduduk yang berkeinginan masuk kelas menengah. Kelompok masyarakat ini tidak rentan miskin apalagi miskin. Akan tetapi mereka belum mencapai kemapanan ekonomi dan belum memiliki gaya hidup kaum menengah. Kalau tidak mendapat perhatian secara saksama dari pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya, kelompok ini rentan terprovokasi atau tergelincir dari kehidupannya yang nyata.

Dalam masyarakat terdapat banyak orang yang bergaya hidup tinggi padahal tidak sesuai dengan kelasnya. Akhirnya terbawa arus kuat melalukan tindakan-tindakan negtif, seperti korupsi  dan sebagainya. Apabila Indonesia ingin meningkatkan kelas rentan menjadi masyarakat kelas menengah, pemerintah harus melakukan edukasi, memberi faslitas yang sesuai dengan potensinya. Upaya mendorong kelas miskin dan kelas rentan ke kelas yang lebih tinggi harus terus dilakukan. Upaya itu harus didahului dengan melakukan validitas data.

Kelas menengah sebagai pemegang kunci pertumbuhan ekonomi diharapkan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai. Bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya melakukan langkah nyata bagi kepentingan rakyat banyak.  Sebagian rakyat Indionesia memiliki potensi terus meningkat dari miskin ke rentan miskin,  kemudian ke kelas menengah.

Indonesia bertekad tahun  2045 jumlah masyarakat menengah akan mencapai 260 juta orang. Hal itu dikatakan Kepala Bappenas, Bambang  Brojdonegoro. Apakah tidak terlalu lama? (Furkon)***

Tags

Terkini