Kegiatan saya kali ini dilakukan di daerah Bandung selatan, tepatnya di wilayah Pangalengan. Hijaunya perkebunan teh dan birunya langit seakan menyambut ramah kedatangan kami. Dengan mengendarai sepeda, saya memulai petualangan dengan menelusuri perkebunan teh Malabar. Bersama rekan-rekan komunitas pecinta sepeda, kami mulai mengayuh sepeda dari garis start melewati track beraspal yang lurus dan menanjak.
Sepanjang perjalanan, semilir angin dan sejuknya udara yang masih segar membuat kami semakin bersemangat untuk mencapai tempat yang kami tuju. Acara yang di gagas oleh Pangalengan Adventure Bike ini,sengaja mengundang berbagai komunitas sepeda dari berbagai daerah di Jawa Barat dan daerah di luar Jawa Barat.Selain berolahraga para pecinta sepeda disuguhi pemandangan indah kebun teh Malabar,sekaligus berwisata sejarah.
Di tengah perjalanan, sambil beristirahat saya menyempatkan sejenak untuk mengambil foto pemandangan. Hamparan luas perkebunan yang menyerupai perbukitan, membuat saya tak henti terkagum-kagum akan karunia Tuhan bagi tanah Parahyangan. Kami melanjutkan perjalanan dengan melewati track yang cukup menantang. Track yang semula beraspal, berganti melewati jalan berbatu dan menanjak, sangat melelahkan.
Tak hanya itu, track menurun dan curam kami lewati ekstra hati-hati agar tidak terjatuh. Setelah berhasil menempuh jarak beberapa kilometer, kami tiba di makam Bosscha. Makam bergaya Eropa dengan kubah diatasnya, di depannya terdapat prasasti yang memuat informasi berupa biografi tentang Bosscha. Makam tersebut masih terawat dengan baik yang di sekitarnya ditumbuhi pepohonan rindang.
Bosscha adalah seorang warga negara Belanda yang menghabiskan masa hidupnya di Pangalengan. Atas kecintaanya terhadap teh, ia sengaja membangun rumah tepat ditengah perkebunan agar dapat memantau kebunnya. Sampai akhir hayatnya, Bosscha berwasiat untuk dimakamkan di Pangalengan.Menurut warga setempat, dahulu Bosscha mulai jatuh hati dalam bidang perkebunan saat membantu kerabatnya mengelola perkebunan teh di Sukabumi, atas keuletan dan kecintaannya terhadap teh, ia dipercaya untuk mengambil alih perkebunan di Pangalengan.
Di mata para pekerjanya, sosok Bosscha dikenal sebagai pribadi yang dermawan dan ramah pada setiap orang.Selama ini, banyak orang yang mengenal Bosscha sebagai nama observatorium di Lembang. Namun, ternyata Bosscha adalah seorang penggalang dana untuki pembangunan observatorium tersebut. tak hanya itu, Bosscha juga menyumbang dana untuk masyarakat desa Pangalengan, pembangunan PLTA, dan Institut Teknologi Bandung.
Setelah mengunjungi makam Bosscha, kami melanjutkan perjalanan ke Situ Cileunca. Visual lansekap yang di suguhkan di obyek ini masih di dominasi oleh hamparan perkebunan teh berpadu dengan kawasan perbukitan.Trek tanjakan dan turunan masih mendominasi,karakter trek seperti ini sangat disukai oleh para petualang sepeda. Situ Cileunca ini merupakan salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan setiap akhir pekan.
Situ Cileunca dengan genangan air cukup luas, indah, udaranya sejuk, cocok bagi yang ingin refreshing dari kepenatan aktivitas sehari-hari. Disini, kita bisa berfoto dengan pemandangan yang sangat alami . Disini tersedia perahu untuk Anda , bila ingin mengitari kawasan situ.(E-001) ***