bisnisbandung.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan pemerintah pusat dan daerah agar tidak mengabaikan sinyal awal pembentukan cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana.
Peringatan ini disampaikan menyusul terdeteksinya bibit siklon tropis 93S di selatan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dinilai memiliki peluang besar mendekati wilayah daratan, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT).
BRIN menilai dibandingkan bibit siklon 91S dan 92S di Samudra Hindia yang cenderung akan bergabung dan menjauh dari Indonesia, bibit siklon 93S justru memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap wilayah darat.
Baca Juga: BRIN Temukan Tiga Badai, Ancaman Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Kembali
Sistem ini masih berada dalam fase prakondisi, namun menunjukkan karakteristik yang berpotensi berkembang dan bergerak mendekati daratan akibat berbagai faktor atmosfer yang saling berinteraksi.
Kondisi prakondisi serupa sebelumnya terjadi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara, yang ditandai dengan hujan terus-menerus sebelum badai berkembang lebih lanjut.
Pengabaian terhadap sinyal-sinyal awal tersebut dinilai menjadi salah satu penyebab meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi.
“Kita kan mengabaikan sinyal-sinyal itu kemarin. Jadi sebenarnya kenapa setiap hari ada hujan di Aceh, di Sumut, Sumatera Utara, karena memang tahapnya prakondisi. Prakondisi menuju tropical storm atau badai tropis begitu ya,” lugas Erma Yulihastin, Pakar Klimatologi BRIN dilansir dari YouTube CNN Indonesia.
Baca Juga: Menhan Ingatkan Bahaya Korupsi dan Praktik Ilegal yang Mengancam Kedaulatan Ekonomi Indonesia
Nah, sekarang ini kan 93S juga dalam kondisi prakondisi. Bahkan dia bisa bergerak karena ada faktor-faktor tadi yang memblokir, sehingga kemungkinan dia menjauh dari wilayah kita itu kecil. Besar kemungkinannya dia mendekat ke darat tadi.
BRIN menekankan bahwa pola serupa kini tengah berlangsung pada bibit siklon 93S, sehingga langkah antisipasi perlu dilakukan sejak dini.
Wilayah NTT menjadi area yang paling diimbau untuk berada dalam status siaga. Pemerintah daerah didorong segera memperkuat langkah mitigasi, terutama di kawasan yang berada di sekitar daerah aliran sungai (DAS) dan wilayah rawan banjir serta longsor.
Edukasi kepada masyarakat juga dinilai penting agar risiko bencana dapat ditekan sebelum dampak cuaca ekstrem semakin meluas.
Dalam hal komunikasi kebencanaan, BRIN menjelaskan bahwa peringatan cuaca secara resmi tetap menjadi kewenangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).