nasional

Cari Kerja Makin Susah! Bank Dunia Sentil Indonesia, Ekonom: Kita Nggak Baik-Baik Saja!

Sabtu, 11 Oktober 2025 | 10:00 WIB
job fair atau bursa kerja ini diadakan untuk menyerap tenaga kerja dan kurangi pengangguran (dok selatan.jakarta.go.id)


Bisnisbandung.com - Ekonom Awalil Rizky menyoroti perbedaan mencolok antara proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia versi Bank Dunia dan pemerintah.

Dalam laporan terbarunya Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,8% pada 2025–2026 jauh di bawah target APBN 2026 sebesar 5,4%.

Selain pertumbuhan ekonomi Bank Dunia juga menyoroti tingkat kesulitan mencari kerja di Indonesia terutama bagi anak muda dan perempuan.

Baca Juga: Pakar Komunikasi Politik Soroti Gaya Ceplas-Ceplos Purbaya Yudi Sadewa

Indonesia dan Tiongkok menjadi dua negara dengan tingkat pengangguran tertinggi untuk usia 15–24 tahun, disusul Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.

“Ini bisa mematahkan narasi pemerintah yang bilang pengangguran menurun. Faktanya kaum muda justru paling susah dapat kerja,” tegas Awalil.

Bank Dunia dalam laporannya menilai arah kebijakan ekonomi Indonesia perlu lebih difokuskan pada efisiensi dan prioritas belanja pemerintah bukan sekadar mengecilkan angka defisit.

Pengelolaan pengeluaran yang lebih baik disebut akan memberikan dampak jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas fiskal.

Menurut Awalil saran ini seharusnya menjadi bahan refleksi bagi pemerintah.

Baca Juga: Menteri Dalam Negeri Heran dengan Gubernur yang Protes Pemotongan Anggaran

“Masalahnya bukan di angka defisit, tapi di arah pengeluaran. Apakah sudah sesuai prioritas yang berdampak langsung bagi masyarakat?” ujarnya.

Laporan Bank Dunia juga menunjukkan tren meningkatnya tenaga kerja di sektor jasa berproduktivitas rendah dan pekerjaan informal, seperti ritel dan konstruksi.

Fenomena ini membuat banyak warga Indonesia berada di posisi “rentan miskin”, meski secara statistik tidak tergolong miskin.

“Kalau diukur pakai standar Bank Dunia jumlah masyarakat yang rentan miskin bisa lebih dari dua pertiga penduduk. Artinya mereka sangat mudah jatuh miskin kalau ada guncangan ekonomi,” jelas Awalil.

Baca Juga: Klaim Ramah Lingkungan Bioetanol Dipertanyakan, Risiko Deforestasi Jadi Sorotan

Halaman:

Tags

Terkini