Ia menilai alasan inilah yang membuat Golkar hampir mustahil menjadi oposisi.
“Sejak 2004 sampai sekarang Golkar nggak pernah oposisi. Bahlil benar Golkar itu ibarat Teh Botol Sosro: apa pun makanannya, minumnya tetap itu juga. Artinya siapa pun presidennya Golkar pasti bagian dari kekuasaan,” sindir Adi.
Lebih lanjut Adi membandingkan dengan partai lain seperti PDIP dan Gerindra yang pernah memilih jadi oposisi.
“PDIP pernah 10 tahun di luar pemerintahan SBY. Gerindra juga sempat oposisi pas kalah 2009 dan 2014. Tapi Golkar? Nggak pernah. Selalu di dalam kekuasaan,” ujarnya.
Baca Juga: Riri Riza dan Mira Lesmana Hidupkan Lagi Kisah “AADC” Lewat Drama Musikal “Rangga & Cinta”
Menurutnya ini menunjukkan karakter politik Golkar yang sangat pragmatis dan adaptif terhadap perubahan konstelasi kekuasaan.
“Golkar itu partai yang cair. Hari ini lawan besok bisa jadi teman. Hari ini kalah besok bisa duduk di kabinet,” kata Adi.
Adi menutup analisanya dengan menegaskan bahwa pernyataan Bahlil hanyalah cerminan realitas politik Indonesia yang cair dan tanpa batas tegas antara kawan dan lawan.
“Koalisi di Indonesia itu bukan koalisi permanen. Semua bisa dinegosiasikan. Intinya: asal ada win-win solution, kader Golkar pasti ikut duduk di kekuasaan,” pungkasnya.***