Namun semangat untuk berubah menjadi kekuatan yang menyatukan mereka kembali.
Dengan pendampingan almarhumah Bunda Iffet, Slank perlahan bangkit dan menjadikan pengalaman itu sebagai pelajaran berharga.
"Yang susah itu bukan berhenti dari narkoba tapi ngembaliin otak kita biar normal lagi. Dan itu enggak bisa sendiri harus saling jaga," kata Ivan.
Kini Slank justru menjadi simbol perlawanan terhadap narkoba dan inspirasi pemulihan diri bagi banyak anak muda.
Baca Juga: Nirina Zubir Hadapi Kutukan Maut di ‘Panggilan Dari Kubur’, Siap Bikin Merinding
Tak bisa bicara soal Slank tanpa menyebut Bunda Iffet. Sosok ibu sekaligus manajer itu menjadi tokoh penting yang menjaga, membimbing, bahkan mempersiapkan kepergiannya dengan penuh cinta.
Mulai dari merancang transisi manajemen sampai menyiapkan kaus khusus untuk dikenakan saat pemakamannya.
"Sampai sekarang setiap manggung kami selalu bawain lagu 'Satu', lagu kesukaan Bunda. Di layar juga muncul wajah beliau. Kami ingin Bunda tetap ikut di setiap langkah kami," kata Bimbim haru.
Slankers sebutan untuk penggemar Slank, bukan sekadar penikmat musik.
Mereka adalah komunitas aktif yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan punya struktur organisasi hingga tingkat kabupaten.
Saat bencana datang Slankers bergerak cepat bantu korban. Ketika isu sosial mencuat mereka bersuara.
"Slankers tuh udah kayak partai, tapi enggak ikut pemilu. Mereka bergerak berdasarkan nilai, bukan kepentingan," ujar Mahfud.
Menurut Mahfud, Slank telah membuktikan bahwa musik bisa menjadi alat perubahan.
Baca Juga: Novel Viral Secret High School Diangkat Jadi Serial, Ini Bocoran Ceritanya!