“Pak Prabowo realistis. Buat apa memberikan peran pada orang yang tidak punya kapasitas? Bahkan dalam kunjungan ke luar negeri pun Gibran tidak dilibatkan,” kata Rudi.
Ia juga mengaitkan hal ini dengan potensi ancaman politik di masa depan.
“Pak Prabowo tahu kalau diberi panggung terlalu besar Gibran bisa jadi rival di 2029,” ucapnya.
Menurut Rudi, Gibran tak pernah benar-benar berdiri sebagai individu dalam dunia politik.
Ia menilai semua pencapaian politik Gibran sejak menjadi Wali Kota Solo hingga kini sebagai Wapres hanyalah perpanjangan dari pengaruh Jokowi.
“Dia invisible. Dia hanya representasi dari Jokowi. Tidak pernah menjadi dirinya sendiri,” tegasnya.
Di akhir videonya, Rudi menyinggung kembali soal kontroversi pencalonan Gibran yang dianggap menyalahi etika dan konstitusi.
Ia menyebut banyak pihak termasuk elit politik dan masyarakat menyadari bahwa proses tersebut menyimpang dari aturan.
“Inilah contoh ketika orang tua tidak bijak dan memaksakan kehendak politik lewat anaknya. Sayangnya anak itu tidak siap dan akhirnya dikorbankan,” tutup Rudi.***