Ia menduga pernyataan bombastis itu bisa jadi bagian dari upaya PSI mendekatkan diri dengan lingkaran kekuasaan untuk kepentingan internal partai.
“Ini bisa jadi strategi agar Jokowi mau jadi ketua umum PSI menggantikan Grace Natalie. Tapi caranya murahan,” ucap Sobary.
Keduanya juga mempertanyakan konsistensi intelektual Ade Armando.
Sebagai akademisi bergelar doktor bahkan mantan dosen dan tokoh publik pernyataan seperti itu dinilai jauh dari nalar akademik dan integritas intelektual.
Baca Juga: Geledah Kantor Kemnaker, KPK Sita Tiga Mobil Terkait Kasus Suap Izin TKA
“Akademisi itu harus punya dasar moral dan nalar. Kalau seperti ini dia bukan intelektual tapi politisi oportunis,” kata Rudi.
Sebagai penutup Rudi dan Sobary mengajak publik untuk tetap menjaga nalar waras dalam berpolitik dan tidak silau pada kekuasaan.
Mereka menekankan pentingnya menghormati sejarah dan tidak gegabah menobatkan tokoh baru sebagai yang "terbaik" tanpa bukti dan rekam jejak nyata.***