nasional

Krisis Kesejahteraan Driver Ojol, Pengamat Politik: Ini Tanggung Jawab Negara

Rabu, 21 Mei 2025 | 14:00 WIB
aksi demonstrasi para ojol yang digelar serentak di berbagai kota (dok instagram lambe_turah)


Bisnisbandung.com - Filsuf dan pengamat politik Rocky Gerung menyatakan dukungannya terhadap aksi demonstrasi para driver ojek online (ojol) yang digelar serentak di berbagai kota.

Dalam aksinya para pengemudi ojol memilih untuk mematikan aplikasi sebagai bentuk protes atas kondisi kerja yang dinilai makin tidak layak.

Rocky yang mengaku sebagai pengguna setia layanan ojol menilai aksi ini bukan sekadar tuntutan upah atau tarif melainkan bagian dari perjuangan hak-hak dasar pekerja yang selama ini terabaikan.

Baca Juga: Perkara Ijazah, Jokowi Diselidiki Bareskrim? Pakar Hukum Beri Penjelasan

“Saya bersimpati pada teman-teman driver ojol yang menuntut hak-hak normatif mereka. Ini hal yang sangat wajar dalam sejarah perjuangan buruh,” kata Rocky dalam kanal YouTubenya.

Menurut Rocky kegagalan negara dalam menjamin kesejahteraan sosial tampak nyata lewat kasus para driver ojol ini.

Mereka adalah aktor utama dalam ekosistem transportasi digital namun justru menjadi korban eksploitasi dari para pemilik aplikasi.

“Mereka bukan sekadar pengantar makanan atau penumpang. Mereka bagian dari tulang punggung ekonomi digital. Tanpa mereka sistem tidak akan jalan,” tegas Rocky.

Rocky menyoroti bagaimana banyak driver ojol merupakan lulusan perguruan tinggi bahkan dari universitas ternama.

Baca Juga: “Kalau Tidak Becus Segera Ganti” Pegiat Anti Korupsi Minta Presiden Prabowo Tegas Demi Basmi Korupsi

Namun karena terbatasnya lapangan kerja formal mereka terpaksa turun ke jalan demi bertahan hidup.

“Bayangkan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pun sekarang jadi driver ojol. Ini bukan hal yang normal. Ini tanda ada yang sangat salah dalam kebijakan ekonomi negara,” ungkapnya.

Ia menyebut kondisi ini menimbulkan paradoks baru: para sarjana justru berebut pekerjaan yang seharusnya bisa diisi oleh lulusan menengah.

Akibatnya terjadi bukan hanya disparitas ekonomi tapi juga disparitas psikologis yang memicu frustrasi sosial.

Baca Juga: Gerindra Sebut di Kasus-Kasus Pertamina Aparat Mengalami Ancaman Melawan Korupsi

Halaman:

Tags

Terkini