Ia menyebut "Patriarkisme dan feodalisme ini masih menjadi budaya yang mendominasi. Gus Miftah harusnya menyadari bahwa setiap tindakan publiknya akan dinilai oleh masyarakat luas."
Rocky Gerung menyoroti kurangnya tradisi berpikir kritis dan diskusi argumentatif di masyarakat Indonesia.
Ia membandingkannya dengan tradisi intelektual di negara-negara seperti Amerika Serikat di mana masyarakat lebih terbiasa mengolah argumen sebelum melontarkan kritik.
"Di sini sebelum menganalisa sudah marah duluan," katanya.
Baca Juga: Ijazah Jokowi dan Gibran Terus Dipersolakan, Refly Harun:Sampai Sekarang Masih Dianggap Bermasalah
Rocky Gerung menutup argumennya dengan menyerukan pentingnya moralitas dalam tindakan tokoh publik.
Ia berharap tokoh seperti Gus Miftah dapat menjadi contoh dengan menegaskan komitmennya untuk tidak menerima tawaran jabatan kembali.
"Yang bisa mengukur integritas seseorang adalah tindakannya bukan retorikanya," pungkas Rocky Gerung.***