Ia melihat ini sebagai kemenangan rasionalitas politik warga Jakarta yang memilih untuk mengakhiri era dominasi politik dinasti.
Selisih suara yang signifikan antara Pramono-Rano dan Ridwan Kamil-Suswono menunjukkan bahwa narasi yang diusung Jokowi dan pendukungnya tidak lagi mendapat tempat di Jakarta.
“Mulyono jangan kembali ke Jakarta. Boleh, tapi kalau mau ya cuma nengok cucu saja, sebagainya, begitu ya,” ungkapnya.
“Karena cucu-cucunya sekarang banyak ada di Jakarta dan di Medan juga. Silakan. Tapi untuk Jakarta, sudah clear bahwa warga Jakarta itu menolak Mulyono,” lugas Hersubeno Arief.***
Baca Juga: Jokowi Klarifikasi Soal Komunikasi dengan Golkar, Bukan untuk Gabung Jadi Anggota Kehormatan