nasional

Pembekuan BEM Unair sebagai Tindakan Anti Kritis, Rocky Gerung: Masuk Akal Gibran Diolok-olok

Selasa, 29 Oktober 2024 | 16:30 WIB
Rocky Gerung (Doc Instagram@rockygerungofc)

Bisnisbandung.com - Pembekuan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (Unair) menuai pro dan kontra, dengan sebagian publik menganggap tindakan ini sebagai langkah anti-kritis yang bertentangan dengan karakter dasar mahasiswa.

Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa peran BEM sebagai suara kritis kampus seharusnya dihargai, bukan dibungkam, karena kreativitas dan kritik mereka bisa menjadi cerminan keresahan masyarakat.

“Masuk akal jika BEM tetap memelihara akal sehat untuk memantau, mengintai, dan bahkan, dalam tanda kutip, mengolok-olok,” ungkapnya dilansir dari youtube pribadinya.

Baca Juga: Jangan Lewatkan! Daftar BRI UMKM EXPO(RT) 2025, Gerbang UMKM Indonesia Tembus Pasar Global

“Ini karena masih ada beban bagi BEM, yaitu bahwa Gibran dianggap tidak pantas, yang sudah menjadi keputusan politik pemerintah. Namun, bagi BEM, ini adalah masalah yang masih menggantung,” sambungnya.

Rocky Gerung menegaskan bahwa mahasiswa secara historis memiliki peran unik dalam memproduksi kritik terhadap penguasa melalui ekspresi seni atau aksi kontroversial.

“Jika kita kembali pada soal BEM, memang ada tradisi untuk mengolok-olok. BEM bukanlah tempat berdoa atau berkhotbah, BEM adalah tempat untuk memproduksi kreativitas seni yang dapat memicu perhatian publik, terutama perhatian dari kekuasaan,” ujarnya.

 Pembatasan terhadap ekspresi BEM, apalagi sampai membekukannya, hanya akan membuat kritik ini semakin viral di media sosial dan menjadi bahan pembicaraan publik.

Baca Juga: Merawat Mimpi Selama Dua Dekade, Adi Prayitno: Inspirasi Prabowo Subianto untuk Generasi Muda

“Mungkin memang terkesan kasar, tetapi semua hal yang ingin diungkapkan harus ditampilkan dalam bentuk yang jelas, bahkan jika itu kontroversial,” tegas Rocky Gerung.

Aksi pembekuan justru dapat menciptakan efek berlawanan yang tidak produktif bagi kampus dan pemerintah, seolah ada upaya mengendalikan pemikiran mahasiswa, padahal mereka didorong untuk berpikir mandiri dan kritis.

Menurut Rocky Gerung, dalam konteks perubahan kepemimpinan dari Jokowi ke Prabowo, munculnya kritik terhadap figur politik baru dari keluarga mantan Presiden Jokowi adalah hal yang wajar.

Kritik mahasiswa terhadap kehadiran Gibran di kabinet juga mencerminkan keresahan publik yang belum mendapatkan jawaban memuaskan dari skandal fufufafa yang diduga miliknya.

Baca Juga: Bikin Heboh, Gibran Tinggalkan Presiden Prabowo di Akmil, Rocky Gerung: Ternyata Pilih Blusukan

Halaman:

Tags

Terkini