Meski demikian, ia mengakui bahwa perbedaan pandangan politik ini tidak harus berujung pada permusuhan.
Mohamad Sobary menegaskan pentingnya tetap menjaga kesadaran politik yang terbuka dan tidak hanya terjebak dalam loyalitas semu.
Baginya, perbedaan posisi politik seharusnya menjadi ajang untuk mempertahankan nilai-nilai dasar dalam bernegara, bukan untuk menutup mata terhadap kenyataan yang ada.
“Jadi ada dua Jokowi, kira-kira begini, Bung: Jokowi di mata kawan-kawan para sahabat yang ada di kantor-kantor, yang tidak mungkin meninggalkan kantor itu dan tetap menjadi bagian dari pemerintahnya Jokowi, tetap menjadi orang-orang yang disebut loyalisnya Jokowi,” ucapnya.
“Mereka tidak bisa berbuat apa pun kecuali ya, tetap ada di situ. Mereka berada dalam posisi politik yang berbeda, dalam sikap politik yang berbeda dari kita, tapi kita tidak bermusuhan,” tegas Mohamad Sobary.***
Baca Juga: Jokowi Turun, Selamat Ginting: Peluang Baru untuk Penegakan Hukum di Indonesia