Bisnisbandung.com - Melanjutkan analisis mengenai peluang Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta, Selamat Ginting juga membahas dampak dari 10 tahun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) beroposisi.
Menurut Selamat Ginting, posisi PKS yang selama ini berada di luar pemerintahan membuat partai tersebut mengalami kesulitan dalam membina dan merawat konstituennya.
Dalam sepuluh tahun terakhir, PKS harus menghadapi berbagai tantangan finansial dan logistik yang membuatnya semakin sulit untuk mempertahankan dukungan yang solid.
“Jika tetap mendukung Anies, apakah kemudian akan diberikan kesempatan untuk masuk dalam kabinet?,” ujarnya dilansir dari youtube Indonesia Lawyers Club.
Baca Juga: Bukan Sekedar Sarana Edukasi dan Rekreasi, Museum Ternyata Bisa Jadi Sumber Inspirasi
“Dalam tanda petik, PKS itu kan juga selama 10 tahun beroposisi, bisa dibilang ‘miskin’ biaya untuk membina dan merawat konstituennya. Itu agak berat,” sambungnya.
Kondisi ini berbeda saat era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di mana PKS menjadi bagian dari pemerintah dan memiliki akses yang lebih besar untuk mendukung program-programnya.
Pengamat Politik UNJ tersebut melihat bahwa kondisi ini mendorong PKS untuk mempertimbangkan kembali posisinya di kancah politik nasional.
Dengan situasi Pilkada yang semakin dekat dan dinamika politik yang terus berubah, kemungkinan besar PKS akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju.
Baca Juga: Mengenal Istilah Viral Well Dressed
Hal ini menjadi penting untuk memastikan bahwa PKS tetap relevan dan memiliki peran dalam pemerintahan mendatang.
Jika PKS memutuskan untuk bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju, maka Anies Baswedan akan kehilangan salah satu potensi pendukung kuatnya.
Tanpa dukungan yang signifikan dari PKS, posisi Anies di Pilkada Jakarta semakin terjepit. Hal ini semakin memperkuat analisis bahwa peluang Anies terjegal dalam Pilkada sangat besar.
Baca Juga: Tips Menjalani Healty Relationship dengan Pasangan