“Serigala dari Danantara Ketahuan” Kritik Elisa Sutanudjaja soal Pendanaan Proyek Gasifikasi Batu Bara

photo author
- Kamis, 6 Maret 2025 | 22:00 WIB
Elisa Rujak Center (Tangkap layar youtube ZAVENA)
Elisa Rujak Center (Tangkap layar youtube ZAVENA)

bisnisbandung.com - Pemerintah menghidupkan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di tiga lokasi strategis di Sumatera dan Kalimantan, namun menggunakan dana dari Danantara.

 Kebijakan ini merupakan bagian dari instruksi Presiden Prabowo Subianto dalam upaya hilirisasi dan ketahanan energi nasional.

Proyek ini diklaim sebagai solusi untuk mengolah batu bara berkalori rendah dan mengurangi ketergantungan terhadap impor liquefied petroleum gas (LPG).

Baca Juga: Danantara Tidak Belajar dari Krismon 98! Ferry Latuhihin: Bahaya Bank dalam Satu Rumah

 Langkah tersebut menuai kritik dari Direktur Rujak Center for Urban Studies, Elisa Sutanudjaja.

 Ia menyoroti bahwa proyek ini mengungkap peran Danantara yang semakin mencurigakan dalam industri energi nasional.

“Nahhh mulai ketahuan ini serigalanya dari si Danantara,” cuitnya dilansir Bisnis Bandung dari akun X pribadinya. 

 Baca Juga: Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi Mundur di Tengah Penyelidikan KPK

“Jaman gini kagak ada institusi finansial ‘waras’ yang mau danai investasi batu bara… oh jadi gitu tujuan ‘asli’ Danantara?” lanjutnya.

 Elisa mempertanyakan tujuan sebenarnya dari keterlibatan Danantara, terutama ketika lembaga-lembaga keuangan global mulai meninggalkan pendanaan di sektor batu bara.

Menurutnya, di era saat ini, tidak ada institusi finansial yang "waras" yang masih bersedia mendanai investasi di sektor tersebut, sehingga keputusan pemerintah untuk melanjutkan proyek gasifikasi ini menimbulkan tanda tanya besar.

Keputusan untuk melanjutkan gasifikasi batu bara juga menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak lingkungan dan efektivitasnya sebagai solusi energi jangka panjang.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Semprot Istri Wali Kota Bekasi yang Mengungsi ke Hotel Saat Banjir

Sementara pemerintah mengklaim bahwa proyek ini akan mengurangi impor LPG, banyak pihak menilai bahwa transisi menuju energi terbarukan seharusnya menjadi prioritas utama dibandingkan memperpanjang ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X