Bisnis Bandung - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia terus memperluas akses ekspor bagi perikanan skala kecil. Melalui upaya penguatan sistem sertifikasi dan ketertelusuran terus didorong agar dapat memberikan kemudahan perikanan skala kecil.
Program ketertelusuran tersebut meliputi program Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan (SHTI), Catch Document Scheme (CDS), Marine Stewardships Council (MSC) dan Sistem Ketertelusuran dan Logistik Ikan Nasional (STELINA).
“Hal ini penting untuk memastikan bahwa kegiatan perikanan (Indonesia) termasuk perikanan skala kecil dilakukan secara bertanggung jawab, memenuhi kaidah keberlanjutan dan tidak terkait Illegal Unreported and Unregulated Fishing (IUUF),” ungkap Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Ditjen Perikanan Tangkap, Ridwan Mulyana, dalam side event konferensi internasional United Nation Oceans Conference (UNOC) 2022 yang diadakan di Lisbon, Portugal.
Baca Juga: SNI: Harga Rajungan Terjun Bebas, Nelayan Memilih Berhenti Melaut Daripada Berhutang
Dalam diskusi yang bertajuk Addressing Key Challenges in Fisheries, Aquaculture, and Seafood Trade Policy for Sustainable Development yang diprakarsai oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Global Sales Science Institute (GSSI), Ridwan juga menyampaikan langkah kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota hadir untuk memastikan bahwa kegiatan penangkapan ikan tidak mengarah pada kondisi lebih-tangkap (overfishing).
“Kuota (penangkapan) untuk nelayan lokal akan diprioritaskan oleh pemerintah, baru kemudian dihitung kuota untuk keperluan industri dan non-komersial. Selain itu penyederhanaan proses bisnis perikanan juga dilakukan termasuk kemudahan perizinan khususnya bagi usaha skala kecil menengah dimana untuk nelayan kecil tidak perlu memiliki izin hanya terdaftar agar tetap terpantau,” katanya dalam keterangan tertulis KKP, Senin (4/7/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Ridwan juga menyampaikan apresiasi untuk peluncuran program SeafoodMAP yang diprakarsai oleh GSSI dan mitranya termasuk UNIDO dan FAO sebagai platform digital yang memberikan penghargaan untuk perbaikan pengelolaan perikanan serta budidaya yang keberlanjutan yang mencakup juga perikanan skala kecil.
Baca Juga: Yayan : Secara Global; Industri Perikanan Indonesia Masih Lemah
“Semoga (program) SeafoodMAP dapat memberikan akses pasar yang lebih baik bagi perikanan Indonesia khususnya skala kecil dan menengah karena mereka menyumbang 70% produk perikanan Indonesia yang diperdagangkan,” lanjutnya.
Di sela-sela rangkaian acara UNOC 2022, Direktur Jenderal Perikanan Tangkap M. Zaini Hanafi mengatakan bahwa hal ini sudah menjadi tugas KKP dalam memastikan ketersediaan akses para pelaku usaha perikanan khususnya nelayan skala kecil untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan, di samping aspek pasar.
“Nelayan kecil terus kita utamakan, kita berdayakan dan kita dorong agar semakin maju dan mandiri. Karena selain menopang ketahanan pangan, (industry) perikanan skala kecil menjadi penggerak perekonomian bangsa,” katanya.
Baca Juga: Kemenangan bagi Perikanan Indonesia
Sebelumnya diberitakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam gelaran UNOC 2022 menyampaikan komitmen Indonesia untuk mendukung kesehatan laut melalui tiga prioritas antara lain perluasan kawasan konservasi, penangkapan ikan terukur dan program bulan cinta laut.***