SPI : Belum Ada Perubahan Berarti Dari Kebijakan Pembangunan Pertanian di Indonesia Selama 2022

- Sabtu, 7 Januari 2023 | 22:00 WIB
Ilustrasi belum ada perubahan kebijakan terkait pertanian (Unsplash/Sebastian Pena Lambarri)
Ilustrasi belum ada perubahan kebijakan terkait pertanian (Unsplash/Sebastian Pena Lambarri)

Bisnisbandung.com --- Rilis nilai tukar petani (NTP) Desember 2022 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional di Bulan Desember 2022 sebesar 109,0 atau mengalami kenaikan 1,11 persen dibanding bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP nasional dipengaruhi oleh indek harga yang diterima (lt) petani mengalami kenaikan sebesar 1,83 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar (lb) petani sebesar 0,72 persen.

Dalam berita resimi statistik yang dipublikasikan BPS, tercatat seluruh subsektor NTP mencatatkan kenaikan pada Bulan Desember 2022 ini. Kenaikan tertinggi dicatatkan oleh NTP subsektor hortikultura yakni sebesar 4,58 persen; lalu NTP tanaman pangan sebesar 1,27 persen; NTP peternakan sebesar 0,51 persen; NTP perikanan sebesar 0,19 persen; dan NTP perkebunan rakyat sebesar 0,10 persen.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menjadi High Value Woman Dimata Pria, Intip Triknya Di Sini

Menyikapi hal tersebut, Ketua Departemen Kajian Strategis Nasional – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Mujahid Widian, menyebut kenaikan NTP Desember 2022 dipengaruhi faktor cuaca buruk yang hingga faktor libur natal dan tahun baru.

Hal ini mempengaruhi produksi dan mengakibatkan kenaikan harga beberapa komoditas hasil pertanian.

“Laporan dari anggota SPI di berbagai wilayah menyebut faktor cuaca buruk yang terjadi pada November hingga Desember 2022 mempengaruhi produksi pertanian"

"Misalnya untuk subsektor hortikultura, kenaikan NTP subsektor ini salah satunya dipengaruhi harga komoditas cabai yang tinggi, di pertengahan hingga akhir bulan Desember 2022” ujarnya

“Untuk di kawasan Pantura, di Pati tepatnya, harga cabai merah bahkan sempat menyentuh Rp 80.000/kg karena tidak ada produksi akibat banjir"

"Situasi serupa juga dialami di Kediri, harga cabai rawit pada akhir Bulan Desember 2022 naik hampir dua kali lipat menjadi Rp 50.000/kg. Sementara dari segi permintaan tinggi, karena meskipun tidak libur panjang tetapi konsumsi masyarakat mengalami peningkatan” lanjutnya.

Baca Juga: Kenali 8 Ciri-Ciri Pria Berwibawa, Apakan Anda Salah Satunya?

Untuk NTP subsektor tanaman pangan, kenaikan harga gabah masih menjadi faktor penyebab kenaikan subsektor ini.

“Dari pantauan di beberapa wilayah, harga gabah dan beras memang mengalami kenaikan, tetapi naiknya sudah melandai tidak sedrastis di bulan sebelumnya"

"Kemungkinan besar harga baru akan berangsur turun menjelang Februari nanti karena wilayah sentra produsen sudah ada yang sudah panen di pertengahan Januari.”

“Dari berapa wilayah anggota SPI, tercatat harga gabah maupun beras cukup tinggi. Di Tuban, saat ini harga GKP di kisaran Rp 6.100/kg dan untuk beras kualitas medium di Rp11.000/kg. Begitu juga di Bantul, harga beras berada di kisaran Rp10.000/kg untuk kualitas premium,” sambungnya.

Lalu untuk tanaman perkebunan, kenaikan NTP subsektor masih dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas sawit dan perkebunan karet.

“Situasi saat ini harga tandan buah segar (TBS) relatif mengalami kenaikan di tingkat petani. Di Asahan, Sumatera Utara, harga TBS di kisaran Rp1.900/kg. Begitu juga di Tebo, Jambi, harga TBS saat ini di kisaran Rp2.000 – Rp2.200/kg. Kenaikannya relatif tipis di tingkat petani saat ini,” terangnya.

Halaman:

Editor: Yayu Rahayu

Sumber: press release

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kamis 23 Maret, Arab Saudi Tetapkan 1 Ramadan

Kamis, 23 Maret 2023 | 08:45 WIB
X