Jawa Barat yang memiliki bentuk topografi unik menjadikannya sebuah kawasan yang subur dan cocok sebagai lahan pertanian. Banyak perkebunan besar yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat sejak zaman kolonial .
Mulai dari perkebunan teh, karet, kina, hingga sayuran. Kesuburan tanah Jawa Barat yang dilihat oleh bangsa Belanda saat zaman kolonialisme dulu dimanfaatkan untuk membuka berbagai komoditas perkebunan . Di antaranya perkebunan di Jatinangor Tanjungsari Kab.Sumedang yang didirikan oleh Willem Abraham Baud pada tahun 1844 bernama Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen ini menguasai tanah seluas 962 hektare lahan yang saat ini di atasnya dibangun kampus IPDN, ITB dan UNPAD, hingga perbukitan Gunung Manglayang. Pada awalnya perkebunan ini hanya berupa perkebunan teh, tetapi kemudian ditambah dengan perkebunan karet.Salah satu bentuk peninggalan perkebunan karet di Jatinagor yang masih bisa kita lihat hingga sekarang , yaitu menara Loji. Tak jauh dari menara tersebut terdapat makam Baron Braud, sang pemilik perkebunan karet dan menara Loji ,makam istrinya pun tidak jauh dari makam Baron Baud.
Menara Loji berbentuk menara lonceng dengan gaya Arsitektur Kebangkitan Gothik Dekade 1840-an. Perekebunan Jatinagor merupakan milik seorang tuan tanah berkebangsaan Jerman bernama Baron Braud yang bekerja sama dengan perusahaan swasta milik Belanda . Saking luasnya lahan perkebunan ini untuk mengawasannya, dibangun menara pengawas yang cukup tinggi yang dilengkapi dengan lonceng . Menara ini memiliki dua fungsi, sebagai tempat mengawasi para penyadap karet yang sedang bekerja dan sekaligus penanda waktu bagi para penyadap karet . Lonceng di menara u dibunyikan setiap pukul 05.00 sebagai tanda memulai bekerja. Kemudian bunyi lonceng pukul 10.00 sebagai penanda bagi pekerja untuk mengambil mangkuk yang telah terisi getah karet. Terakhir, lonceng tersebut dibunyikan pada pukul 14.00 sebagai tanda bagi pekerja untuk pulang.
Memasuki masa kemerdekaan Indonesia, tanah perkebunan karet Jatinangor dinasionalisasikan, dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng menara Loji ada yang mencuri. Hingga kini, lonceng tersebut tidak ditemukan.Pada tahun 1990, area perkebunan karet ini dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat buah perguruan tinggi, yakni Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN), Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), Universitas Pajdajdaran (Unpad), dan Universitas Winaya Mukti (Unwim). Ketika pengelola Unwim beralih , kini menjadi kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) Jatinangor, Menara Loji berada di bawah tanggung jawab ITB. Sebagai pengelola yang baru, ITB menyulap kawasan menara tua itu menjadi Taman Loji. Menara loji pun jadi terlihat lebih terawat dari sebelumnya. Tujuan didirikan taman agar Jatinangor memiliki ruang terbuka publik sekaligus bisa mengenang peninggalan sejarah . (E-001) ***