Bisnis Bandung - Pada penutupan market Kamis siang hari kemarin (15/9) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh level all time high(ATH) sepanjang sejarah bursa saham yakni sebesar 7377.
Namun penguatan tersebut sayangnya hanya terjadi di sesi I, pada pembukaan sesi II banyak dilakukan aksi profit taking sehingga IHSG di tutup di level 7305 atau menguat sebesar 0,38% dari penutupan hari Rabu 14 September.
Dikutip dari platform Refinitiv Eikon, penguatan IHSG disebabkan oleh pelaku pasar sudah dapat mengantisipasi laporan inflasi Amerika yang lebih tinggi dari prediksi.
Pada perdagangan Rabu (14/9) yang berakhir kamis pagi kemarin waktu Indonesia, Dow Jones Industrial Average naik 30,12 poin atau 0,1% menjadi 31.135,09. Indeks S&P 500 menguat 13,32 poin atau 0,34% menjadi 3.946,01. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 86,10 poin atau 0,74% menjadi 11.719,68.
Baca Juga: SPI Apresiasi Keseriusan Pemerintah Dalam Pembangunan Minyak Makan Merah Berbasis Koperasi
Hal tersebut membuat bursa asia kompak menguat pada hari Kamis (15/9), namun sektor apa sajakah yang berkontribusi besar dalam pemecahan rekor ATH IHSG kemarin?
Dari data stockbit.com diperoleh sektor property adalah sektor yang berkontribusi paling besar, dengan kenaikan sebesar 2,14%.
Saham-saham dari sektor ini yang memiliki kapitalisasi besar kompak menguat, seperti CTRA menguat 6,86%, SMRA sebesar 8,46%, dan APLN sebesar 11,76%
Setelah sektor properti, penguatan IHSG juga didukung oleh sektor Industri dan tambang, beberapa saham yang naik adalah INDX yang ARA sebesar 25%, ABMM naik sebesar 20,20% dan BSSR sebesar 5,53%.
Hal ini tentunya berdampak positif bagi bursa saham di Indonesia, saat ini investor tidak perlu khawatir karena bursa kita cukup tahan dengan data di Bursa Amerika.
Baca Juga: Bjorka Semakin Tak Terbendung, Menteri BUMN Minta Bantuan Masyarakat. Ini Jawabannya
Dengan kenaikan seperti ini apakah masih ada saham yang menawarkan return menarik atau di bawah harga wajar?
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menyebut, “dari dalam negeri, usulan kementerian BUMN menggunakan mobil listrik menjadi penopang kenaikan saham big caps seperti PT Astra International Tbk. (ASII) sebagai distributor kendaraan premium” dikutip dari market.bisnis.com.
Hal tersebut membuat ASII masih cukup menarik untuk dilirik selain saham-saham dari sektor komoditas yang memang membukukan kenaikan yang cukup tinggi di 2022 (Anky Pahlandy).***
Artikel Terkait
IHSG Suram setelah Rilis Data Inflasi AS Bulan Agustus! Saham Gorengan Kompak Menguat di Sesi Pagi
Fidelity Segera Membawa Perdagangan Crypto ke Investor Ritel
Coinbase Merinci Risiko Penambang Dalam Penggabungan Ethereum Merge
Pengusaha Rusia Sedang Memilih Cryptocurrency yang Akan Digunakan dalam Perdagangan Internasional
Exchanger Crypto Binance Mendapat Peningkatan Pengguna yang Signifikan di India
Burn Rate Crypto Shiba Inu (SHIB) Melonjak 3000 persen, Harga Siap Meroket?